Jumat, 09 Maret 2012

CERPEN


Cukup Sudah
Karya Meryna Juaeni

Panggil aku Rara. Seorang wanita yang baru saja menikah. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku sudah menikah tiga tahun yang lalu, dan sekarang tinggal di Lembang bersama istri dan mertuanya. Tinggal aku dan adikku yang masih duduk di bangku SMA menemani kedua orang tua kita disebuah Rumah sederhana. Aku seorang mahasiswi yang tinggal menyelesaikan skripsi yang sebetulnya sudah lama aku ingin tuntaskan. Namun, apa boleh buat aku harus menikah sebelum menuntaskan kuliah akuntansiku.
Tidak pernah ku sangka bisa melanjutkan pendidikan sampai Sarjana seperti sekarang ini. Karena begitu banyak liku-liku masalah yang menghadangku. Sekitar empat tahun yang lalu keluargaku ditimpa bencana yang teramat dahsyat, dan itu akibat ulahku. Entah karena apa aku bisa khilaf seperti itu, mungkin karena pergaulanku yang carut marut. Kalau saja aku tidak menceritakan pada keluargaku, mungkin aku sudah tak bernyawa lagi akibat putus asa.
Berbagai usaha kami lakukan demi menutupi kesalahan terbesarku. Dan karena hal itu, adikku Kesha menjadi cemburu padaku. Ibu dan ayahku akhir-akhir ini memberikan perhatian yang lebih kepadaku. Rasa canggung mulai membisik dalam hatiku, seraya ku pandangi wajah adikku yang membuatku menjadi simpati padanya. Namun, tidak mungkin rasanya aku menceritakan masalah yang terjadi karena ulahku.
Seiring bertambahnya hari yang berganti bulan meninggalkan masa laluku. Aku tersapa oleh cinta yang muncul dari seorang pria yang cukup mengenaliku saat SMA dulu. Kedewasaannya kini lebih tampak dari biasanya, mungkin karena aku mulai jatuh cinta padanya. Dan ketika itu aku juga dikenalkan pada orang tuanya. Bahagia yang teramat indah, dan saat itu aku berharap ia akan serius menjalani hubungan kita.
Satu tahun kami sudah berpacaran. Namun, malangnya ia tahu aibku juga. Entah dari siapa ia mengetahuinya. Pedih sangat pedih ketika ia putuskan hubungan denganku saat hari Raya Idul Fitri, yang  semestinya aku meraih kemenangan dan kebahagia.
Belum kering rasanya sakit dalam hati ini. Ia kini tengah memilih orang lain yang jauh lebih muda daripadaku, dan pastinya tidak kotor sepertiku. Setelah kejadian itu aku merasa harus sendiri dulu. Sibukkan diri untuk melupakan semuanya.
Hidup tetap berjalan, dan aku juga menemukan sosok pria lagi dalam kehidupanku. Aku bertemu dan mengenalinya ketika aku mulai membuka usaha kecil dari orang tuaku. Mungkin ibuku sengaja memberikan usaha itu supaya aku tak berlarut-larut dan meratapi hidup malangku.
Jatuh dikesalahan yang sama. Lagi-lagi aku melakukan hal yang membuat hancur hidup dan masa depanku. Aku ini bodoh!  Dan pastinya Tuhan kini marah besar pada sikapku. Hukuman yang sangat memalukan dan merupakan dosa terbesarku, hamil di luar nikah. Penyesalan teramat dalam yang ku lihat dari wajah kedua orang tuaku.
“sudah gagal aku mendidik anakku sendiri.  Dan aku tidak ingin Kesha mengalami keburukkan yang sama dengan kakaknya”. Kata ayahku
Saat itu adikku dilarang berpacaran oleh ayah dan ibukku sebelum lulus kuliahku nanti. Sedihku bertambah, gara-gara ulahku Kesha menjadi sasarannya. Kasihan ia tidak bisa menikmati masa remajanya seperti teman-temannya yang lain.
Mau tidak mau keluargaku meminta pertanggungjawaban kepada Sandi, orang yang menghamiliku. Dan anugrah Tuhan ia mau menikahiku. Dan lagi-lagi aku malu pada Tuhan, Tuhan tak membiarkan masa laluku merusak kebahagiaanku saat hari pernikahanku.
Kini aku sudah melahirkan bayi perempuan. Semoga ia tidak akan mengalami kepahitan seperti ibunya ini. Dan saat itu pula aku menutup rapat-rapat masa laluku, karena aku yakin setiap manusia pasti memiliki masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar